Nabi Nuh a.s adalah
nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi
Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Bunga-bunga
berguguran di sekitar kuburannya dan pohon-pohon dan batu-batuan
tampak tidak bergairah. Banyak hal berubah di muka bumi. Dan sesuai
dengan hukum umum, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam.
Kesalahan yang dahulu kembali terulang. Kesalahan dalam bentuk
kelupaan, meskipun kali ini terulang secara berbeza.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari
datuk-datuk kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman
kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa',
Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Setelah kematian mereka, orang-orang
membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati
mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah
waktu, lalu orang-orang yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah
anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah cucu-
cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang
membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa patung-patung
itu memiliki kekuatan khusus.
Di sinilah iblis memanfaatkan kesempatan, dan ia membisikkan kepada
manusia bahawa berhala-berhala tersebut adalah Tuhan yang dapat
mendatangkan manfaat dan menolak bahaya sehingga akhirnya manusia
menyembah berhala-berhala itu. Kami tidak mengetahui sumber yang
terpecaya berkenaan dengan bagaimana bentuk kehidupan ketika
penyembahan terhadap berhala dimulai di bumi, namun kami
mengetahui hukum umum yang tidak pernah berubah ketika manusia
mulai cenderung kepada syirik. Dalam situasi seperti itu, kejahatan akan
memenuhi bumi dan akal manusia akan kalah, serta akan meningkatnya
kelaliman dan banyaknya orang-orang yang teraniaya. Yang kaya semakin
kaya dan yang miskin semakin miskin. Alhasil, kehidupan manusia
semuanya akan berubah menjadi neraka Jahim. Situasi demikian ini pasti
terjadi ketika manusia menyembah selain Allah SWT, baik yang disembah
itu berhala dari batu, anak sapi dari emas, penguasa dari manusia, sistem
dari berbagai sistem, mazhab dari berbagai mazhab, atau kuburan
seorang wali. Sebab satu-satunya yang menjamin persamaan di antara
manusia adalah, saat mereka hanya menyembah Allah SWT dan saat Dia
diakui sebagai Pencipta mereka dan yang membuat undang-undang bagi
mereka. Tetapi saat jaminan ini hilang lalu ada seorang yang mengklaim,
atau ada sistem yang mengklaim memiliki wewenang ketuhanan maka
manusia akan binasa dan akan hilanglah kebebasan mereka sepenuhnya.
Penyembahan kepada selain Allah SWT bukan hanya sebagai sebuah
tragedi yang dapat menghilangkan kebebasan, namun pengaruh buruknya
dapat merembet ke akal manusia dan dapat mengotorinya. Sebab, Allah
SWT menciptakan manusia agar dapat mengenal-Nya dan menjadikan
akalnya sebagai permata yang bertujuan untuk memperoleh ilmu. Dan
ilmu yang paling penting adalah kesadaran bahawa Allah SWT semata
sebagai Pencipta, dan selain-Nya adalah makhluk. Ini adalah poin penting
dan dasar pertama yang harus ada sehingga manusia sukses sebagai
khalifah di muka bumi.
Ketika akal manusia kehilangan potensinya dan berpaling ke selain Allah
SWT maka manusia akan tertimpa kesalahan. Terkadang seseorang
mengalami kemajuan secara materi kerana ia berhasil melalui jalan-jalan
kemajuan, meskipun ia tidak beriman kepada Allah SWT, namun
kemajuan materi ini yang tidak disertai dengan pengenalan kepada Allah
SWT akan menjadi siksa yang lebih keras daripada siksaan apa pun,
kerana ia pada akhirnya akan menghancurkan manusia itu sendiri. Ketika
manusia menyembah selain Allah SWT maka akan meningkatlah
penderitaan kehidupan dan kefakiran manusia. Terdapat hubungan kuat
antara kehinaan manusia dan kefakiran mereka, serta tidak berimannya
mereka kepada Allah. Allah SWT berfirman:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar